Kentang merupakan salah satu bahan makanan sumber
karbohidrat, dimana setiap 100 gram kentang mentah mengandung 85,6 gram
karbohidrat. Selain karbohidrat pada takaran yang sama kentang juga mengandung
347 kal kalori, 0,3 gram protein, dan 0,1 gram lemak (Samadi, 2000). Menurut
Pitojo (2004) kentang tergolong sebagai tanaman umbi-umbian yang memiliki umur
pendek, kentang juga dapat dibudidayakan dari biji (true seed potato) dimana kentang dari biji digunakan untuk program
pemuliaan. Tanaman ini memiliki biji yang berbelah, berbentuk semak, dan
semusim. Kentang Taksonomi dari tanaman
kentang sebagai berikut:
Divisi: Spermatophyta
Sub-divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Tubiflorae
Famili: Solanocceae
Genus: Solanum
Sub-genus: Pachystemonum
Seksi: Tuberarium
Sub-seksi: Hyperbasarthum
Spesies: Solanum tuberosum L.
Tanaman
kentang tergolong sebagai tanaman yang tumbuh pada dataran tinggi, tanaman ini
dapat tumbuh pada minimal ketinggian 500 m diatas permukaan laut (dpl).
Ketinggian yang optimal untuk pertumbuhan kentang sendiri berada pada 1000-2000
dpl dengan suhu sekitar 200C. Karena membutuhkan dataran yang tinggi
serta suhu yang sejuk untuk tumbuh wilayah Indonesia yang menjadi lokasi
perkebunan kentang merupakan wilayah pegunungan seperti Tengger, Wonosobo,
Malino, kerinci, dan bukit tinggi. Dari segi kondisi tanah, tanaman kentang
tumbuh subur pada tanah dengan kadar pasir sedikit dan mengandung banyak humus.
pH tanah yang optimal sekitar 5-5,5 dan air tanah tidak menggenang (stagnansi).
Tanaman kentang sebaiknya ditanamn pada akhir musim hujan karena tanaman
kentang dengan ukuran buah yang masih kecil tidak tahan terhadap hujan deras, ketika
ingin menanam kentang pada awal musim hujan pastikan buah telah besar saat
hujan deras mulai turun (Sunarjono, 2013).
Berdasarkan
ilmu genetika, kentang memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda, dimana
jumlah kromosom yang dimiliki kentang akan mempengaruhi karakteristik tertentu
yang dimiliki. Karakteristik yang berbeda-beda ini akhirnya membantu proses
hibrida untuk menemukan jenis kentang terbaru dengan karakteristik yang
diinginkan. Berdasarkan jumlah kromosom yang dimiliki, spesies kentang dapat
digolongkan sebagai berikut:
1.
Spesies diploid :
Memiliki kromosom 2n =2x = 24, dormansi umbi dari spesies ini tidak
menentu. Solamun stenotmum dan Solanum phureja merupakan beberapa
contoh kentang dari spesies ini.
2. Spesies triploid : Memiliki kromosom 2n
= 3x = 36, spesies ini cocok ditanam pada daerah dingin karena tahan terhadap
suhu rendah (frost tolerance). Contoh
kentang dari golongan ini adalah Solanum
chauca dan Solanum juzepczukii.
3.
Spesies tetraploid :
Memiliki kromosom 2n = 4x = 48, spesies ini memiliki rasa umbi yang
khas dan paling disukai masyarakat sehingga paling umum untuk dibudidayakan.
Contoh kentang yang termasuk kelompok ini adalah Solanum tuberosum L. dan Solanum
andigena.
4. Spesies pentaploid : Memiliki kromosom 2n
= 5x = 60, spesies ini dapat hidup pada suhu rendah dan umbinya memiliki rasa
yang cukup pahit. Contoh kentang dari spesies ini adalah Solanum curtilobum.
5.
Spesies heksaploid :
Memiliki kromosom 2n = 6x = 72, spesies ini memiliki keunggulan
dalam hal ketahanan dari penyakit busuk daun, contoh kentang dari spesies ini
adalah Solanum demissum (Pitojo,
2004)
Dari sekian
spesies kentang yang ada di dunia, menurut Bradshaw (2010) spesies Solanum tuberosum L merupakan spesies
kentang yang umum ditemukan pada pasar Indonesia, baik yang dijual dalam bentuk
mentah atau sebagai bahan baku berbagai produk olahan. Spesies-spesies kentang
tersebut masih dapat digolongkan dalam berbagai jenis varietas, salah satu
penggolongan varietas dari spesies Solanum
tuberosum L adalah berdasarkan warna umbi. Menurut Samadi (2000), terdapat tiga varietas
kentang berdasarkan warna umbi yakni merah, kuning, dan putih. Kentang putih
merupakan kentang dengan kulit dan umbi berwarna putih, kentang ini kurang
disukai karena rasa yang kurang enak dengan tekstur berair yang mudah jancur.
Kentang kuning merupakan kentang dengan umbi dan kulit berwarna kuning dengan
tekstur yang halus namun tidak lembek dan rasa yang enak sehingga digemari
masyarakat. Sementara kentang merah merupakan kentang dengan kulit berwarna
merah dan umbi berwarna putih, kentang ini memiliki rasa yang berbeda yakni
agak manis (Samadi, 2000). Dari segi kandungan pati menurut Sari dkk, (2013)
kentang kuning merupakan kentang dengan kandungan pati yang paling tinggi. Contoh
kentang varietas kuning yang dihasilkan di Indonesia adalah kentang granola
dari daerah Dieng.
Keripik kentang merupakan produk olahan dari
kentang yang dihasilkan melalui tahapan pengupasan, pengirisan, perendaman
dalam larutan dan penggorengan (A’yunin dkk). Berdasarkan SNI 01-4031-1996,
keripik kentang adalah makanan yang dibuat dari kentang segar berbentuk irisan
tipis yang digoreng dengan penambahan bahan makanan atau tanpa bahan tambahan
makanan lain yang diijinkan. Pembuatan keripik kentang dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pertama dengan mengiris secara langsung kentang dan kedua dengan
membuat adonan terlebih dahulu atau yang biasa disebut kentang simulasi
(Hartuti dan Sinaga, 1998).
Keripik kentang yang baik berasal dari kentang
yang memiliki kadar air dan gula yang rendah akan tetapi memiliki kandungan
pati yang tinggi (Asandhi dan Kusdibyo, 2004). Kentang yang memiliki kadar air
yang tinggi akan menghasilkan keripik kentang dengan tekstur yang kurang
renyah. Kadar gula yang tinggi pada kentang dapat mengakibatkan turunnya
kualitas keripik kentang terutama dalam hal warna sebab dapat mempercepat
terjadinya reaksi Maillard antara gula pereduksi dengan gugus amina primer
menghasilkan senyawa melanoidin yang menghasilkan produk berwarna cokelat dalam
pembuatan keripik kentang. Sedangkan apabila menggunakan kentang dengan kadar
pati yang rendah maka dapat menyebabkan tekstur keripik kentang menjadi kurang
renyah. Berdasarkan SNI 01-4031-1996 berikut adalah syarat mutu dari keripik
kentang.
Tabel 1.
Syarat Mutu Keripik Kentang
Kriteria Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
Keadaan
|
||
Bau
|
-
|
Normal
|
Rasa
|
-
|
Normal
|
Warna
|
-
|
Kuning sampai cokelat merata
|
Tekstur
|
-
|
Renyah
|
Keutuhan
|
% (b/b)
|
Minimal 90
|
Ukuran
|
% (b/b)
|
Minimal 90
|
Diameter
|
cm
|
Minimal 2
|
Air
|
% (b/b)
|
Maksimal 3
|
Abu
|
% (b/b)
|
Maksimal 3
|
Asam
lemak bebas dihitung sebagai asam laurat
|
% (b/b)
|
Maksimal 1
|
NaCl
|
% (b/b)
|
Maksimal 2
|
Bahan
tambahan makanan
|
-
|
Sesuai SNI 01-0222-1995
|
Cemaran
logam
|
||
Timbal
(Pb)
|
Mg/Kg
|
Maksimal 2,0
|
Tembaga
(Cu)
|
Mg/Kg
|
Maksimal 30,0
|
Raksa
(Hg)
|
Mg/Kg
|
Maksimal 0,03
|
Seng
(Zn)
|
Mg/Kg
|
Maksimal 40,0
|
Timah
(Sn)
|
Mg/Kg
|
Maksimal 40,0
|
Arsen
(As)
|
Mg/Kg
|
Maksimal 1,0
|
Cemaran
Mikroba
|
||
Angka
lempeng total
|
Koloni/Kg
|
Maksimal 1,0 x 104
|
E.
coli
|
APM/Gram
|
Kurang dari 3
|
Kapang
|
Koloni/Gram
|
Maksimal 50
|
Menurut Adiyoga et al (1999) kualitas keripik
kentang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu warna, kenampakan, cita rasa,
tekstur, kandungan minyak, kandungan air dan nilai gizi. Warna keripik kentang
dipengaruhi oleh adanya kadar gula pereduksi dalam kentang. Gula pereduksi,
asam amino serta senyawa organik lainnya dapat menyebabkan terjadinya reaksi
Maillard yang dipicu dengan perlakuan mekanis sehingga keripik kentang berwarna
cokelat. Kecepatan pembentukan warna coklat tersebut tergantung pada pH, suhu
dan waktu penggorengan. Apabila akan memproduksi keripik kentang dan sebelumnya
kentang telah dimasukkan dalam lemari es maka sebaiknya kentang tersebut
disimpan terlebih dahulu pada suhu kamar agar dapat mencegah terjadinya warna
cokelat ketika diolah menjadi keripik kentang dan cepat gosong ketika digoreng.
Ketika proses pencoklatan telah terjadi akibat adanya perlakuan mekanis dalam
hal ini yaitu pemotongan maka menunjukkan telah menurunnya nilai gizi, cita
rasa menjadi kurang enak dan penampakan menjadi lebuh buruk. Keripik kentang
yang baik harus memiliki kandungan minyak yang rendah. Kandungan minyak pada
keripik kentang yang berlebih akan menyebabkan ketengikan dan oksidasi yang
cepat sehingga keripik kentang tidak tahan lama dalam kemasan serta tekstur
menjadi berubah menjadi tidak renyah. Cita rasa keripik kentang dipengaruhi
oleh varietas kentang digunakan, jenis minyak untuk menggoreng, adanya
penambahan penyedap rasa serta bahan dari kemasan yang akan digunakan. Varietas
kentang yang paling bagus adalah kentang yang memiliki kandungan pati yang
tinggi akan tetapi memiliki kadar air rednah serta mengandung lemak.
Teknologi industri keripik kentang secara umum
meliputi proses penerimanan bahan baku kentang, pencucian kentang, penimbangan,
pengupasan kentang, trimming, pemeriksaan kentang yang telah dikupas,
pengirisan, pencucian irisan, penirisan sebelum digoreng, penggorengan,
penggaraman, penambahan flavor, pemeriksaan keripik yang telah digoreng,
pendinginan, penimbangan dan pengemasan. Pengupasan kentang bertujuan untuk
menghilangkan kulit, mata dan cacat (apabila ada). Pemotongan dan pengirisan
yang baik serta teratur dapat menghasilkan ukuran yang seragam bagi produk
akhir keripik kentang. Sebaiknya dilakukan keseragaman ketika memotong kentang
sebab dengan begitu akan memperoleh kenampakan yang baik, dan produk akan
mengalami penetrasi panas yang merata ketika digoreng (Bouchon et al, 2003).
Proses penggorengan dengan minyak akan membuat terjadinya kontak antara bahan
dengan minyak panas sehingga suhu permukaan bahan akan naik dan air yang
terkandung dalam bahan akan menguap menjadi uap air. Menguapnya air dari bahan
menjadikan permukaan bahan akan mengering dan sampai ke bagian dalam bahan
(Ketaren, 1986). Pada pembuatan keripik kentang, proses penggorengan diharapkan
dapat menguapkan komponen air yang ada pada kentang sehingga seluruh bagian
kentang mengering dan menjadikan keripik kentang bertesktur renyah. Ketika
keripik kentang digoreng tentunya akan banyak minyak yang terserap. Banyak
sedikitnya minyak yang diserap nantinya akan mempengaruhi rasa, tekstur, dan
kenampakan dari keripik yang dihasilkan. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi banyak sedikitnya minyak yang diserap yaitu kualitas minyak goreng
yang digunakan, suhu dan waktu untuk menggoreng, serta ketebalan bahan dan
komposisi bahan.
Kriteria Pemilihan
Bahan Baku
Untuk menjaga
kualitas produk dan keberlangsungan perusahaan diperlukan pemilihan bahan baku
secara selektif. Untuk kentang, jenis yang digunakan berasal dari spesies Solanum tuberosum L karena spesies ini
merupakan jenis kentang yang dibudidayakan diwilayah Indonesia dan digunakan
oleh masyarakat Indonesia (Bradshaw, 2010). Spesies kentang Solanum tuberosum L memiliki berbagai
varietas, untuk itu kita harus memilih varietas yang cocok untuk pengolahan
keripik kentang. Menurut Ashandi dan Kusdibyo (2004) kentang yang digunakan
untuk mengolah keripik kentang sebaiknya memiliki kadar pati yang tinggi dengan
kadar gula dan air yang rendah. Varietas kentang dari Solanum tuberosum L yang memenuhi kriteria ini adalah kentang
kuning (kulit dan umbi berwarna kuning) sehingga perusahaan memutuskan untuk
menggunakan kentang dari spesies Solanum
tuberosum L varietas kentang kuning. Kentang yang dipilih termasuk kentang
kuning jenis granola dari daerah dieng
yang didapat dari supplier
kentang dieng Elvian Yohanes yang terletak di jalan Merbabu blok F5 no.26
Kabupaten Tangerang, dengan harga Rp.10.000,- /kg dan bebas biaya pengiriman
(agromaret.com).
Pada proses
pembuatan keripik ini dibutuhkan proses penggorengan. Langkah ini memang
penting, perlu dilakukan penggorengan yang tepat untuk menghasilkan keripik
dengan tingkat kerenyahan dan warna yang sesuai. Selain itu minyak yang
digunakan dalam proses penggorengan dipilih yang memiliki bilangan oksidasi
yang rendah, karena semakin tinggi bilangan oksidasi minyak semakin mudah
keripik mengalami ketengikan. Bila keripik mengalami ketengikan masyarakat
umumnya sudah tidak berselera. Untuk itu produsen memilih salah satu minyak
komersial yang berdasarkan hasil praktikum yang bilangan oksidasi yang
dilakukan terbukti memiliki bilangan oksidasi yang rendah.
BTP (bahan
tambahan pangan) yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik kentang ini adalah
garam, ketumbar, merica, dan bubuk cabai kering. Untuk garam perusahaan
memutuskan untuk memilih garam beryodium, karena garam beryodium memiliki nilai
gizi yang lebih. Untuk ketumbar, merica, dan bubuk cabai diambil dari produsen
yang melakukan produksi sehigienis mungkin, karena rempah-rempah mudah terkontaminasi
mikroba atau jamur
(Hashim dan Alamri, 2010). Perusahaan akan membandingkan berbagai perkebunan,
Perkebunan yang dipilih merupakan perkebunan yang melakukan proses produksi
paling higienis dan tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya.
Aspek Produksi
Sebagai perusahaan baru dalam bidang pengolahan
keripik kentang tentunya peralatan yang digunakan tidak terlampau banyak dan
bermacam-macam mengingat kapasitas produksi perhari dari perusahaan ini adalah
35 bungkus. Langkah awal dalam pembuatan keripik kentang adalah dengan memilih
kentang berkualitas bagus serta berukuran sedang tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil. Setelah itu kentang dikupas dan langsung direndam dalam air. Hal
ini bertujuan agar tidak terjadi reaksi maillard akibat adanya perlakuan
mekanik yaitu dengan pemotongan. Selanjutnya kentang dipotong seragam dengan
menggunakan peralatan pengiris kentang. Kemudian dilanjutkan dengan proses
perendaman kembali agar mencegah terjadinya reaksi maillard sehingga kentang
tidak berubah warna menjadi cokelat. Kentang yang sudah direndam dicuci bersih
hingga lendir dalam kentang hilang dan air perendaman berwarna putih seperti
warna air pada umumnya. Lalu proses selanjutnya adalah pengeringan kentang. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar ketika dibalurkan dengan tepung dan bumbu
tidak basah. Sembari menunggu kentang kering, proses selanjutnya adalah
mempersiapkan bumbu-bumbu yang akan digunakan meliputi, lada, ketumbar, garam,
tepung terigu dan tepung ayam goreng. Setelah kentang kering sempurna, masukkan
kedalam bumbu dan balurkan kentang dengan bumbu tersebut lalu langsung digoreng
dengan minyak yang sudah panas. Proses penggorengan membutuhkan waktu kurang
lebih 10-15 menit. Keripik kentang sudah matang apabila sudah berwarna kuning
kecoklatan. Lalu keripik kentang ditirskan agar minyak bekas penggorengan tidak
menempel pada keripik kentang. Selanjutnya kentang ditimbang dan kemudian
dimasukkan kedalam kemasan.
Nantinya keripik kentang akan dijual dengan
berat 68 gram per kemasan dengan dua varian rasa yaitu original dan spicy.
Untuk varian rasa spicy akan ditambahkan bubuk cabe kering pada keripik kentang
yang sudah matang dan dikeringkan sebelum nantinya akan dimasukan kedalam
kemasan. Kapasitas produksi perusahaan dalam satu hari memproduksi keripik
kentang adalah 35 kemasan sehingga akan membutuhkan sebanyak 5 kg kentang
mentah setiap harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar