Minggu, 27 November 2016

Pekalongan 1

Sedikit berbagi gambaran dan cerita kami di kota batik dunia, PEKALONGAN.
Banyak kisah yang dapat menjadi wawasan yang luar biasa saat berkunjung kesana. Bertemu orang hebat dan mmotivasi serta memberi pengetahuan lebih tentang arti sejarah. Luar biasa. Pengalaman pribadi bagi saya khusus nya. Dapat berkomunikasi secara langsung dengan beliau beliau yang dianggap nomor satu di kota itu. Tujuan saya dan 4 rekan saya wawancara dan mendokumentasikan dalam sebuah video singkat.

Wawancara dilakukan di Pekalongan, tepatnya dibeberapa tempat yang menghadirkan narasumber kompeten dalam bidang tertentu. Hari pertama tepatnya Rabu, 16 Novermber 2016 pada pukul 13.30 WIB dilakukan sesi wawancara di Kantor Walikota Pekalongan. Narasumber yang dihadirkan dalam wawancara tersebut diantaranya Bapak H.M. Saelany Machfudz selaku Wakil Walikota Pekalongan periode 2016-2021. Beliau memiliki beberapa pesantren besar di Pekalongan. Hadir pula narasumber kedua yaitu Bapak Drs. R. Doyo Budi Wibowo, MM., selaku Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan. Direksi utama lebih ke bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Dan turut serta staff kebudayaan dari Bapak Doyo yaitu Bapak Tri Gandi Imamudin yang juga bertindak sebagai koordinator lapangan pada momen perayaan Syawalan. Hal ini merupakan respon positif yang patut untuk diberi apresiasi atas sambutan pihak terkait yang dapat meluangkan waktu untuk sesi wawancara. 

Pertanyaan pertama diajukan mengenai profil atau data diri. Bapak Doyo menjelaskan ruang ligkup Syawalan baik sejarah dan filosofinya. Pertanyaan menjurus kepada Dinas Pariwisata mengenai berkembangnya pariwisata Pekalongan setiap tahunnya dengan adanya tradisi Syawalan. “Setiap tahunnya ukuran lopis raksasa selalu diperbesar. Tujuan utama masyarakat tidak lain adalah hanya untuk dapat menjamu tamu yang datang dari berbagai daerah baik dari Pekalongan itu sendiri atau beberapa kota lain. Namun hal ini menjadi suatu icon yang baik dan menjadi ciri khas Pekalongan. Seperti tahun ini beratnya mencapai 1 ton lebih. Maka dari itu ini dapat menjadi ciri khas Pekalongan dan harus dilestarikan.” jawab Pak Doyo.

Pertanyaan utama kepada narasumber pemerintahan khususnya Bapak Wakil Walikota membahas mengenai sejauh mana pemerintah ikut membantu perayaan Syawalan dan bantuan apa saja yang diberikan pemerintah kepada masyarakat Pekalongan untuk tetap menjaga tradisi ini agar dapat tetap terlaksana setiap tahunnya. “Pada awalnya, perayaan syawalan dilakukan dan dibiayai sendiri ole masyarakat lokal Krapyak. Lopis menjadi sajian khas silaturahmi setelah idul fitri. Tidak ada campur tangan pemerintah pada saat itu dan ini menjadi ikon yang bagus bagi Pekalongan. Dengan mempertimbangkan banyaknya pengujung yang datang dan ukuran lopis yang dbuat menjadi lebih besar setiap tahunnya maka pemerintah kota Pekalongan juga ikut membantu dari pendanaan yang masuk kedalam RAPB setiap tahunnya. Selain itu, pemerintah juga berpartisipasi dalam dukungan moral.” Jelas Pak Saelany selaku Wakil Walikota. Pada saat pelaksaan juga Walikota dan Wakil walikota beserta staff pemerintahan juga hadir untuk memotong pertama lopis raksasa tersebut. “Pemerintah juga menyadari budaya ini harus dilestarikan sehingga masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai kota transit tetapi juga sebagai kota tujuan wisata, baik dari budaya syawalan dan batik. Nasi megono, garang asem dan soto tauto juga menjadi daya Tarik kuliner dari Pekalongan sebagai kota kreatif dunia.” Jawab Pak Saelany. 

Penjelasan secara teknis dari Bapak Gandi menjelaskan mengenai kendala yang dihadapi dalam proses pembuatan lopis raksasa. “Kendalanya adalah lahan yang dibutuhkan harus lebih luas. Hal ini juga melihat dari antusiasme masyarakat yang meningkat. Sama halnya juga dari bahan dan sarana. Dibutuhkan kayu bakar yang sangat banyak. Kemudian ketersediaan daun pisang untuk membungkus lopis, karena dibutuhkan 200 batang daun pisang untuk sekali masak. Sehingga harus mengambil dari tempat lain.” Jawab Pak Gandi. Pertanyaan selanjutnya mengenai kendala secara teknis. Pak Gandi menjelaskan bahwa kendalanya adalah dengan ukuran lopis yang besar memerlukan peralatan masak yang besar pula dengan dana yang besar pula. Sehingga ini menjadi tantangan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bahan. Pertanyaan selanjutnya menjurus mengenai permasalahan dari kendala lahan yang kurang luas di wilayah pemotongan lopis raksasa yaitu wilayah Krapyak gang 8. Melihat antusias warga yang dapat semakin meningkat, apakah pemerintah berniat untuk memindahkan kegiatan pemotongan lopis ke daerah dengan lahan terbuka lebih luas atau tidak. 

Kepala dinas perhubungan, Bapak Doyo menjelaskan bahwa tidak mudah memindahkan satu tradisi yang sudah mengakar budaya dan dikhawatirkan akan mengganggu keaslian sejarah atau historical dari lopis raksasa tersebut. Pemerintah tidak dapat serta merta memindahkan lokasi perayaan karena membuthkan beberapa pertimbangan. Dan saat ini, justru banyak wilayah di Pekalongan yang ikut merayakan syawalan tanpa harus memindahkan lokasi utama pemotongan.



Sekian ulasan wawancara singkat kami. Semoga bermanfaat dan kami tunggu kunjungan anda di vlog kami. Akan banyak cerita yang kami hadirkan disana. Semoga memotivasi pelestarian budaya INDONESIA

Dokumentasi pribadi



Kiri : Bapak Doyo 
Kanan : Bapak Saelany

2 komentar:

Nella itu .........

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Danella Meiranty Teknologi Pangan 2013- Universitas Surya Menuju S.TP 2017 Banjarmasin - Bogor - Tangerang - (Jogja) ig dan line @danellamei